Berkali, kucoba balik lembar lama Berharap masih ada harap yang kutinggal Bersenandung pura pura tenang, tak gundah Bertatap cermin dengan tebal riasan kebohongan Tapi, apa daya... Dingin mencoba mengambil kemudi Terdiamku ketika sadar, dingin mulai mencipta puisi sepi di kepala, di hati Terpaku saat kusadar, sepi membunuh! Pelan...Tapi pasti! Tetapku usaha bernafas dalam, bermain dengan irama kematiannya Ya! Sudah begitu ditulis.. nasib menjadi mayat Yang kubiasakan sedikit demi sedikit, berpacu dalam arena pembunuhan ini Yang digores dalam rasa, dan dilumuri kepedihan Yang digoreng dengan api kebencian kecil dan matang perlahan Matiku pasti, Membusukku pun jelas adanya Memang begini sudah kuterima saja Mungkin, dingin terlalu iri pada kehangatan jiwaku Baca tulisan lainnya
Segala Tulisan Penuh Penghayatan Seorang Penulis Hampir Tidak Muda.