Langsung ke konten utama

Menjadi Hakim, atau memilih jadi pesakitan?

Menelisiklah...
Aku tau, hidup tak bisa percaya sepenuhnya
Tapi bukan hak-ku menjadi hakim bagi hidupmu

Menataplah...
Kau pun tau, manusia tentu punya kesalahannya masing-masing
Tapi, bukan juga hak-mu menjadikan Ia pesakitan dan menentukan ia hina atau tidak

Berjalanlah,
Biarkan hidupmu berjalan jauh...
Bebaskan pikiranmu dengan melihat masalah lebih banyak, jadikan kutipan.

Berlarilah,
Biarkan matamu memandang luas...
Bulatkan tekat agar kau berhenti memandang hanya dari sudutmu saja.

Oh!
Mungkin kau merasa suci?
Tak apa, Aku paham. Semoga Tuhan mengerti.

Ah!
Masih menilai orang lain dari matamu?
Tak apa, Aku mengerti. Kuanggap ilmu-mu masih seujung tai kuku.

Sudahlah...
Aku tak ingin berdebat.
Cukup tak menjadi Hakim bagi orang lain, tak pula menjadi pesakitan dimata orang lain. Cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Red Glowing Gel, Jogja, dan Kecantikan Alami

  Setiap kali bicara mengenai wanita, selalu yang terlintas adalah first impression terhadap how do she look. Tidak perlu muluk-muluk jika Indonesia sudah teracuni stereotype cantiknya wanita adalah kulit putih kinclong tanpa bopeng, glowing, bibir basah lembab, dan mata tanpa kantung. Tapi apa pernah terbayang, sebenarnya penilaian itu justru membuat banyak wanita merasa tidak percaya diri untuk tampil, membuktikan sebenarnya kecerdasan adalah nomer dua setelah keimanannya pada Tuhan? Sejujurnya, saya adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang kehilangan kepercayaan diri karena penilaian first impression dimulai dari fisik. Namun itu tidak lagi saya alami sejak tahun 2015 akhir yang lalu. Kenapa? Akan saya jelaskan sedetail-detailnya di paragraf bawah. 😁

Remember Me

Berjalanlah jauh.. tak apa Egoku kutekan dalam-dalam Gemetar menahan kesendirian..tak apa Ocehanku kusimpan lebih lama Tapi, Remember me. Bukanlah hal yang sulit. Setiap kau memenuhi kebutuhanmu, ada aku di situ. Sayangnya, hatiku tergores. Kau lupa.

16 Tahun: Tsunami Aceh

Sudah Ku lewati, 16 Tahun masa itu... Merasa diberkati, Kala itu... Tsunami Aceh, Bukan hanya pilu saja kanda... Ada sobekan luka mendalam, masih basah Tapi hari ini kami berdoa. "Semoga yang berpulang berbahagia" Karena aku tahu, mereka syuhada "Semoga yang ditinggal berbahagia" Karena semoga mereka menemukan keluarga Panjatkan doa selalu Tidak hanya saat tanggal 26 Desember ini Panjatkan doa selalu Setiap saat ingat tanggal 26 Desember ini. Berjuanglah, Dinda... Ada masa depan di ujung gerbang Ada asa di depan mata Berjuanglah, sampai nanti Kau pulang.