Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Remember Me

Berjalanlah jauh.. tak apa Egoku kutekan dalam-dalam Gemetar menahan kesendirian..tak apa Ocehanku kusimpan lebih lama Tapi, Remember me. Bukanlah hal yang sulit. Setiap kau memenuhi kebutuhanmu, ada aku di situ. Sayangnya, hatiku tergores. Kau lupa.

Segenggam Pasir Adalah Cinta

Hujan turun perlahan, teratur sekali hari ini. Seperti perasaan Laras padaku, teratur, rapi, tapi basah. Aku menatap Laras dari jauh, berharap ia tak melihat keberadaanku. Kejadian pahit itu sudah lampau, tapi aku masih berdiri mengendap untuk melihat Laras. Jika saja dulu aku lebih baik, pasti Laras tidak akan menjadi segenggam pasir yang lepas dari genggamanku. Air mata Laras masih saja membasahi hatiku yang telah menghancurkannya, dan sampai saat ini aku masih saja merasa bersalah, meskipun Laras sepertinya sudah membuang ingatannya tentang aku. "hhh...." helaan napas berat ini selalu muncul ketika ada nama Laras dalam hariku. *terpaku Laras menatap kearahku! Tapi seketika dia masuk ke dalam kedai kopi bersama seorang teman lelaki. Tampaknya dia tak menyadari kehadiranku, dan aku bersyukur. "Hufft..Untung" Ucapku pelan sambil mengelus dada. Aku coba lihat ke dalam kedai, tapi tak mampu menjangkau tempat duduk Laras. Kendara

Isi Pada Jiwa

Kemarin, Hendak ku kembalikan... Kepingan-kepingan hati pada bumi, reruntuhan jiwa pada diri... Dahulu, Pernah hanyut lewat hulu, Melewati sungai menuju samudera Kemudian timbul meski luka mendera...

Jatuh Cinta: Purnama

Angin berbisik lembut, Membisik bentuk wajah yang tersirat Membuat rindu menggebu dan terasa dekat Saat awan beranjak, Putihnya serta harum semerbak Segera membuatku menebak-nebak Memang jatuh cinta, tai rasa coklat Semua yang terlihat, kau telan bulat-bulat Padahal ketika aslinya muncul, segera napasmu tercekat Itulah adanya cinta nostajik Ada getar dihati menelisik Seakan bumi bulat, membuat jantungku enerjik Dalam perasaan ku-remat Jemari yang kugenggam kuat Ketika menatapmu dan aku terpikat Sungguh cinta, bagai bunga punya kelopak Anggun jelita dan rindu memuncak Bergeserku dari kamar ke sahara bersemak Linglung hatiku tersesat Seakan dunia tak lagi dapat dilihat Karena, hanya kau yang kasat Purnamaku, aku rindu

Maaf?

Suatu kali ibumu datang Manis kata, membujuk Usaha agar aku pulang Kembali dalam rujuk Suatu kali ibumu bicara Manis kata, merayu Usaha agar kupercaya Kembali dalam halu Suatu kali pula ibumu hadir! Manis kata, menghina Usaha agar berlutut pada takdir Kembali dalam fana Suatu kali ibumu suruhku minta maaf! Manis kata, merendahkan! Usaha agar ku tegang syaraf! Kembali dalam kenangan! Maaf? Kau kira cuma aku yang salah? Kau pikir cuma aku yang kalah? Kau rasa cuma kau yang sakit? Maaf? Bilang pada ibumu, kau lakukan apa padaku? Bilang pada ibumu, kau atur apa pada hidupku? Bilang pada ibumu! Kau katakan apa padaku? Suatu kali ibuku diam. Air mata kutumpah. Menjelaskan betapa sakit kupendam. Kembali pada Tuhan ku serah. Suatu kali ibuku sedih. Aku yang ternyata tersiksa. Menjelaskan kenyataan dan resah. Kembali hati kulipat paksa. Maaf? Haha! Aku sudah pernah mendengar Tanpa diberi kesempatan bicara. Maaf? Haha! Aku sudah pernah menurut Tanpa diberi kesempatan menjadi diri sendiri.

Rindu : Pulang

Siang ini cerah, Menyambutku pulang Balik dari rantau yang lelah Ku bawa harap yang kuat kutopang Selimut harap telah kuikat Berkemudi balik ke arah sembarang Kupilih arah jalan yang pekat Aku tahu, akan tibaku saat petang Perasaan membuncah, Ketika atap rumah terlihat menjulang Airmata tertitik tumpah Saat terbayang ada ibu sedang mendulang Tapi, masih anganku, sayang Belum berani aku melangkah Tapi masi doaku, sayang Berharap keringatku di sini berkah