Editor: Wahyu Adityo Prodjo
KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. Sofia Mubarika Haryana memimpin pembuatan inovasi uji diagnosis cepat (rapid diagnostic test/ RDT) untuk Covid-19 yang berbasis antibodi untuk mendeteksi IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan Covid-19.
“Awalnya, saat muncul pandemi Covid-19 kami memang berpikir apa yang dapat kami lakukan untuk ikut membantu penanganan Covid-19. Kemudian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menginisiasi untuk melakukan inovasi riset mengenai Covid-19,” jelas Prof. Rika seperti dikutip dari laman UGM.
BPPT mengundang dan mengajak beberapa peneliti Indonesia untuk bergabung melakukan riset dalam usaha penanganan Covid-19. Salah satu peneliti yang diundang adalah Prof. Rika dari FK-KMK UGM.
“Kebetulan penelitian saya sebelumnya adalah mengenai virus yang terkait dengan kanker, yaitu Epstein-Barr Virus (EBV). Saya juga mempelajari bidang imunologi dan biologi molekular sehingga saya bersedia bergabung,” ungkapnya.
Dalam perkembangannya, terdapat enam bidang inovasi penelitian yang menjadi fokus BPPT, salah satunya rapid diagnostic test.
Ia sendiri memiliki pengalaman membuat rapid diagnostic test untuk Epstein-Barr Virus (EBV) pada pasien dengan kanker nasofaring, dan kemudian memilih bergabung untuk melakukan inovasi penelitian rapid diagnostic test dengan menggandeng peneliti lain, yaitu Prof. dr. Tri Wibawa; ahli virologi sekaligus Guru Besar FK-KMK UGM; Prof. Mulyanto, Alumni FK-KMK UGM yang juga seorang peneliti Laboratorium Hepatika Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Baca juga: Tim Peneliti UGM Kembangkan Alat Sterilisasi Masker N95
Selain itu juga bergabung Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, ahli Virologi, dan Prof. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya.
Produk rapid diagnostic test ini diberi nama RI-GHA yang merupakan kepanjangan dari Republik Indonesia – Gadjah Mada – Hepatika – Airlangga.
Prof. Mulyanto menyusun formula untuk rapid diagnostic test Covid-19 berbekal pengalaman penelitian yang ia lakukan dalam pembuatan rapid test untuk penyakit hepatitis yang kini sudah digunakan di negeri Sakura Jepang.
Proses pengujian menggunakan serum positif Covid-19 yang diperoleh dari Badan Litbangkes.
“Setelah hasil yang diperoleh positif, kemudian kami juga melakukan uji banding dengan produk komersial. Ternyata produk komersial yang beredar adalah total Immunoglobulin sehingga tidak spesifik, dan tidak seperti total IgM atau IgG yang kami kembangkan,” terang Rika terkait proses pengembangan rapid diagnostic test ini.
Sumber: Kompas.com
KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. Sofia Mubarika Haryana memimpin pembuatan inovasi uji diagnosis cepat (rapid diagnostic test/ RDT) untuk Covid-19 yang berbasis antibodi untuk mendeteksi IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan Covid-19.
“Awalnya, saat muncul pandemi Covid-19 kami memang berpikir apa yang dapat kami lakukan untuk ikut membantu penanganan Covid-19. Kemudian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menginisiasi untuk melakukan inovasi riset mengenai Covid-19,” jelas Prof. Rika seperti dikutip dari laman UGM.
BPPT mengundang dan mengajak beberapa peneliti Indonesia untuk bergabung melakukan riset dalam usaha penanganan Covid-19. Salah satu peneliti yang diundang adalah Prof. Rika dari FK-KMK UGM.
“Kebetulan penelitian saya sebelumnya adalah mengenai virus yang terkait dengan kanker, yaitu Epstein-Barr Virus (EBV). Saya juga mempelajari bidang imunologi dan biologi molekular sehingga saya bersedia bergabung,” ungkapnya.
Dalam perkembangannya, terdapat enam bidang inovasi penelitian yang menjadi fokus BPPT, salah satunya rapid diagnostic test.
Ia sendiri memiliki pengalaman membuat rapid diagnostic test untuk Epstein-Barr Virus (EBV) pada pasien dengan kanker nasofaring, dan kemudian memilih bergabung untuk melakukan inovasi penelitian rapid diagnostic test dengan menggandeng peneliti lain, yaitu Prof. dr. Tri Wibawa; ahli virologi sekaligus Guru Besar FK-KMK UGM; Prof. Mulyanto, Alumni FK-KMK UGM yang juga seorang peneliti Laboratorium Hepatika Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Baca juga: Tim Peneliti UGM Kembangkan Alat Sterilisasi Masker N95
Selain itu juga bergabung Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, ahli Virologi, dan Prof. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya.
Produk rapid diagnostic test ini diberi nama RI-GHA yang merupakan kepanjangan dari Republik Indonesia – Gadjah Mada – Hepatika – Airlangga.
Prof. Mulyanto menyusun formula untuk rapid diagnostic test Covid-19 berbekal pengalaman penelitian yang ia lakukan dalam pembuatan rapid test untuk penyakit hepatitis yang kini sudah digunakan di negeri Sakura Jepang.
Proses pengujian menggunakan serum positif Covid-19 yang diperoleh dari Badan Litbangkes.
“Setelah hasil yang diperoleh positif, kemudian kami juga melakukan uji banding dengan produk komersial. Ternyata produk komersial yang beredar adalah total Immunoglobulin sehingga tidak spesifik, dan tidak seperti total IgM atau IgG yang kami kembangkan,” terang Rika terkait proses pengembangan rapid diagnostic test ini.
Sumber: Kompas.com
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Label
Berita Pagi Rapid covid New UGM- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar