Hujan turun perlahan, teratur sekali hari ini. Seperti perasaan Laras padaku, teratur, rapi, tapi basah. Aku menatap Laras dari jauh, berharap ia tak melihat keberadaanku. Kejadian pahit itu sudah lampau, tapi aku masih berdiri mengendap untuk melihat Laras. Jika saja dulu aku lebih baik, pasti Laras tidak akan menjadi segenggam pasir yang lepas dari genggamanku. Air mata Laras masih saja membasahi hatiku yang telah menghancurkannya, dan sampai saat ini aku masih saja merasa bersalah, meskipun Laras sepertinya sudah membuang ingatannya tentang aku. "hhh...." helaan napas berat ini selalu muncul ketika ada nama Laras dalam hariku. *terpaku Laras menatap kearahku! Tapi seketika dia masuk ke dalam kedai kopi bersama seorang teman lelaki. Tampaknya dia tak menyadari kehadiranku, dan aku bersyukur. "Hufft..Untung" Ucapku pelan sambil mengelus dada. Aku coba lihat ke dalam kedai, tapi tak mampu menjangkau tempat duduk Laras. Kendara...